Dominasi Samsung di Eropa Mulai Terusik Oleh Merek-Merek China

Tak hanya di kawasan Asia Pasifik, Amerika Selatan, dan Afrika, barisan smartphone asal China juga menggempur Eropa.

Di benua biru itu, vendor-vendor China terus berupaya menggoyang hegemoni Samsung yang sudah bertahan sejak 2011. Dimotori oleh Huawei dan Xiaomi, vendor China terus berupaya mencari ruang, sekaligus merebut pasar dengan beragam strategi.

Mulai dari produk dengan spesfikasi mumpuni, varian produk yang lengkap di semua segmen, harga yang lebih terjangkau, hingga after sales service yang tak kalah dengan pesaing.


Meski demikian, Samsung masih sangat dominan. Survey Canalys pada kuartal ketiga 2019, menunjukkan raksasa Korea Selatan itu mampu mengirimkan 18,7 juta unit smartphone. Meningkat 26 persen tahun-ke-tahun.

Samsung dalam periode ini, menyegel pangsa pasar 35,7 persen, diikuti oleh Huawei dengan 22,2 persen. Huawei mampu mengirimkan 11,6 juta smartphone. Angka itu jauh lebih baik dibandingkan 8,5 juta unit yang dikirim pada Q2, tetapi masih jauh di bawah kinerja dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Raksasa teknologi Apple kehilangan 2,2 persen dari pangsa pasarnya di Eropa tahun-ke-tahun di tengah ekspansi yang kuat dari barisan vendor China.

Meski demikian, perusahaan yang berbasis di Cupertino, California itu, masih memegang posisi ketiga pada Q3 2019 dengan perolehan 18,6 persen pangsa pasar.

Setelah Huawei, Xiaomi terus memperkuat posisi di Eropa. Vendor yang identik dengan harga terjangkau itu, mampu menempati posisi keempat.

Dalam periode itu, Xiaomi mencatat kenaikan tahunan dalam pengiriman smartphone sebesar 73 persen dengan 5,5 juta unit. Dengan pencapaian itu, Xiaomi menggenggam 10,5 persen market share.

Di tempat kelima, HMD Global meraih 1,8 persen pangsa pasar. Vendor yang menggawangi merek Nokia itu, tercatat hanya mampu mengirimkan 0,9 juta unit. Turun dibandingkan Q3-2108 sebesar 2,4 persen.

Menurut analis Canalys Mo Jia, Eropa berada dalam posisi yang menguntungkan dan menarik perhatian banyak vendor China mengingat keseimbangan salurannya. Penjualan melalui operator dan saluran terbuka masing-masing membentuk 47 persen dan 50 persen dalam peta pasar.

“Kondisi ini telah memberikan potensi untuk skala dan margin yang lebih sehat dengan produk menengah ke atas. Insentif kunci lain bagi vendor China untuk meningkatkan permainan mereka adalah kesempatan untuk menghadapi Huawei yang melemah”, ujar Mo Jia.

Dia menambahkan pengiriman Huawei di Eropa Barat telah turun 17 persen tahun-ke-tahun, tetapi vendor tersebut berkinerja lebih baik di Eropa Tengah dan Timur dengan pertumbuhan 26 persen per tahun.

Jia juga menyoroti meningkatnya persaingan yang datang dari merek-merek Cina lainnya, termasuk Oppo, Oneplus, Realme dan Vivo, yang diharapkan dapat meningkatkan investasi di wilayah tersebut.

Analis senior Canalys Ben Stanton memperingatkan Eropa “penuh dengan peluang dan ancaman”. Pasar memang terdampak negatif dari ketidakpastian di sekitar Brexit. Namun terdapat peluang besar dengan peluncuran jaringan 5G.

Ben menjelaskan fragmentasi lanskap operator di benua itu akan memperlambat penyebaran jaringan, namun di sisi lain memberikan kesempatan bagi vendor smartphone, khususnya China untuk meningkatkan penjualan.

“Jangkauan yang jauh lebih luas dari mitra potensial dan, di beberapa pasar, membuat merek yang relatif baru seperti Xiaomi dan Oppo terus bertumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” pungkas Ben.

Postingan populer dari blog ini

Spesifikasi Lengkap Asus ROG Phone 2 di Indonesia

Kode Redeem Mobile Legends (ML) Terbaru